EDUKASI PENYALAHGUNAAN OBAT TERLARANG JENIS TRAMADOL PADA REMAJA

 

Syifa Halfahtus Riskiyah Augustiana

Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa

[email protected]

 

Abstrak:

Penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol pada remaja menjadi salah satu masalah kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Remaja sering kali menggunakan obat ini secara berlebihan tanpa memahami dampaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh edukasi terhadap peningkatan pengetahuan siswa MAN 2 Banyumas mengenai penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol. Penelitian ini menggunakan metode ceramah dan pre-test post-test. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pengetahuan siswa setelah diberikan edukasi. Sebelum edukasi, 58% siswa berada pada kategori pengetahuan rendah, namun setelah edukasi, 47% siswa berada dalam kategori pengetahuan baik. Edukasi ini juga melibatkan metode video animasi yang meningkatkan pemahaman siswa secara efektif. Penelitian ini menunjukkan bahwa edukasi kesehatan memiliki dampak signifikan dalam meningkatkan pengetahuan remaja mengenai bahaya penyalahgunaan tramadol.

 

Kata Kunci: penyalahgunaan tramadol, edukasi kesehatan, remaja, pengetahuan siswa, narkoba, MAN 2 banyumas.

 

Abstract:

The misuse of the illegal drug tramadol among teenagers has become a concerning health issue in Indonesia. Teenagers often use this drug excessively without understanding its effects. This study aims to measure the impact of education on increasing the knowledge of MAN 2 Banyumas students about the misuse of tramadol. The research utilized a lecture method and pre-test post-test design. The results showed an increase in students' knowledge after receiving education. Before the education, 58% of students were in the low knowledge category, but after the education, 47% of students were in the good knowledge category. The education also involved the use of animated videos, which effectively enhanced the students' understanding. This study demonstrates that health education has a significant impact on increasing teenagers' awareness of the dangers of tramadol misuse.

 

Keywords: Tramadol misuse, Health education, Teenagers, Student knowledge, Drugs, MAN 2 Banyumas.

 

Pendahuluan

Penyalahgunaan obat-obatan terlarang merupakan salah satu isu global yang berdampak serius pada kesehatan masyarakat, khususnya generasi muda (Ornell et al., 2020). Menurut laporan dari World Health Organization (WHO), penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) telah meningkat tajam di berbagai negara, dengan tren yang mengkhawatirkan di kalangan remaja (Su et al., 2019). Obat-obatan seperti tramadol, yang termasuk dalam opioid sintetik, sering kali disalahgunakan karena sifatnya yang dapat menimbulkan efek euforia dan ketenangan (Rehman et al., 2018). Penyalahgunaan tramadol tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang tetapi juga di negara maju, di mana akses terhadap obat ini lebih mudah didapatkan, baik secara legal maupun ilegal (Organization, 2022). Remaja menjadi kelompok yang paling rentan dalam penyalahgunaan obat ini, dikarenakan faktor-faktor seperti ketidakstabilan emosi, tekanan sosial, dan rasa ingin tahu yang besar.

Beberapa faktor mempengaruhi tingginya angka penyalahgunaan tramadol di kalangan remaja. Pertama, aksesibilitas yang relatif mudah terhadap tramadol sebagai obat pereda nyeri yang dapat diperoleh tanpa resep dokter di beberapa negara. Selain itu, pengetahuan yang rendah mengenai bahaya penyalahgunaan obat ini menjadi penyebab utama remaja mencoba menggunakan tramadol secara tidak terkendali (Pelerin et al., 2023). Kedua, pengaruh peer group atau lingkungan sosial remaja juga sangat signifikan dalam mendorong perilaku penyalahgunaan. Remaja yang berada dalam lingkungan yang permisif atau memiliki teman sebaya yang menggunakan narkoba lebih mungkin terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan (Trucco, 2020). Ketiga, faktor ekonomi dan keluarga. Banyak remaja berasal dari keluarga yang mengalami disfungsi, seperti minimnya kontrol orang tua atau masalah keuangan, yang memicu remaja mencari pelarian melalui penggunaan obat-obatan terlarang (Rice & Tan, 2017).

Faktor-faktor yang disebutkan di atas menghasilkan dampak yang signifikan terhadap perkembangan psikologis dan sosial remaja. Penyalahgunaan tramadol, misalnya, dapat menyebabkan ketergantungan yang sulit diatasi. Ketergantungan ini membawa dampak serius, seperti kerusakan otak permanen, gangguan kejiwaan, hingga risiko overdosis yang berujung pada kematian (Roy & Goswami, 2016). Dari sisi sosial, remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba cenderung mengalami kesulitan dalam hubungan interpersonal, prestasi akademik yang buruk, dan berpotensi terlibat dalam tindakan kriminal. Selain itu, biaya perawatan kesehatan untuk menangani efek samping dari penyalahgunaan obat juga membebani sistem kesehatan global. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, fenomena ini menambah beban ekonomi dan sosial yang cukup signifikan (Nasional, 2020).

Tramadol adalah obat analgesik yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri sedang hingga berat. Obat ini bekerja dengan mengikat reseptor opioid di otak, mirip dengan cara kerja morfin dan heroin, meskipun efeknya lebih lemah. Tramadol, bila digunakan sesuai dosis dan petunjuk medis, sangat bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan manajemen nyeri, terutama bagi penderita kanker atau pasien pascaoperasi (Looi & Audisio, 2007). Namun, ketika disalahgunakan, terutama oleh remaja, tramadol dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya, seperti euforia berlebihan, halusinasi, hingga adiksi yang kuat. Sayangnya, di beberapa daerah, tramadol dijual bebas dan bahkan dianggap sebagai alternatif "murah" untuk narkotika kelas berat seperti heroin. Hal ini menjadikan tramadol sebagai obat pilihan bagi remaja yang ingin mencoba sensasi narkotika dengan risiko yang mereka anggap lebih rendah (Harris et al., 2015).

Penelitian ini berfokus pada pentingnya edukasi sebagai salah satu upaya preventif dalam mengurangi angka penyalahgunaan tramadol di kalangan remaja. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang lebih banyak membahas penyalahgunaan narkoba secara umum, penelitian ini menawarkan pendekatan spesifik, yaitu edukasi kesehatan berbasis ceramah dan video animasi yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai bahaya penyalahgunaan tramadol. Kegiatan edukasi ini dilakukan di lingkungan sekolah, di mana para siswa dapat diberikan pemahaman mendalam melalui materi interaktif, sehingga memudahkan penerimaan informasi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baru dengan mengevaluasi efektivitas pendekatan edukasi kesehatan dalam konteks remaja dan penyalahgunaan tramadol, khususnya di wilayah Banyumas, Jawa Tengah.

Penelitian mengenai penyalahgunaan obat-obatan terlarang, khususnya tramadol, telah banyak dilakukan sebelumnya. Fuadah et al (2019). menyatakan bahwa penyalahgunaan narkoba, termasuk tramadol, terus meningkat di kalangan remaja, terutama di negara-negara berkembang. Laporan dari WHO menunjukkan bahwa remaja menjadi kelompok yang paling rentan terhadap penyalahgunaan zat ini karena faktor-faktor seperti tekanan sosial, ketidakstabilan emosi, dan kurangnya pengetahuan mengenai risiko penggunaannya (Hastuti et al., 2021). suprianto (2021) juga menekankan bahwa tramadol sering disalahgunakan karena kemampuannya memberikan efek euforia dan ketenangan yang mirip dengan opioid lainnya.

Urgensi dari penelitian ini didorong oleh tingginya angka penyalahgunaan narkoba, khususnya tramadol, di kalangan remaja. Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2017 menunjukkan bahwa 24,44% pengguna narkoba di Indonesia merupakan pelajar, dan sebagian besar dari mereka adalah remaja usia sekolah (Nasional, 2020). Di Kabupaten Banyumas sendiri, tingkat penyalahgunaan tramadol telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan banyaknya siswa yang terlibat dalam penggunaan obat ini (Gallois et al., 2021). Berdasarkan hasil tes urine yang dilakukan oleh BNN, sejumlah besar siswa SMA dinyatakan positif menggunakan tramadol. Situasi ini menuntut adanya langkah preventif yang segera untuk menghentikan penyalahgunaan tramadol sebelum berkembang menjadi masalah yang lebih serius di kalangan pelajar. Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dilakukan sebagai upaya preventif untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan remaja mengenai bahaya tramadol.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh edukasi terhadap peningkatan pengetahuan siswa mengenai penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol. Edukasi yang diberikan mencakup ceramah interaktif dengan materi mengenai efek samping tramadol, potensi adiksinya, dan bahaya lain yang mungkin ditimbulkan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan media animasi sebagai alat bantu dalam proses edukasi. Diharapkan setelah mengikuti program edukasi, para siswa akan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai risiko penyalahgunaan tramadol, sehingga mereka dapat lebih bijaksana dalam memilih tindakan yang berkaitan dengan penggunaan obat.

 

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat penting bagi berbagai pihak. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka tentang bahaya penyalahgunaan tramadol, sehingga mereka akan lebih bijak dalam mengambil keputusan terkait penggunaan obat-obatan. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memasukkan program edukasi kesehatan ke dalam kurikulum, khususnya yang berkaitan dengan bahaya penyalahgunaan obat-obatan di kalangan remaja. Selanjutnya, bagi pemerintah daerah, penelitian ini dapat menjadi acuan dalam merancang kebijakan preventif yang lebih efektif dalam menangani masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Terakhir, bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas program edukasi dalam menangani penyalahgunaan narkoba, khususnya tramadol, di kalangan remaja.

Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi nyata dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui pendidikan dan penyadaran, terutama di kalangan generasi muda yang rentan terhadap penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

 

Metode

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai pengaruh edukasi terhadap pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol. Fokus penelitian ini adalah menggali bagaimana edukasi kesehatan dapat menjadi intervensi yang efektif untuk meningkatkan kesadaran di kalangan remaja mengenai bahaya penyalahgunaan tramadol, khususnya di lingkungan sekolah.

 

1.      Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini berdasarkan data yang menunjukkan tingginya angka penyalahgunaan tramadol di kalangan remaja di daerah tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Banyumas. MAN 2 Banyumas dipilih sebagai tempat penelitian karena institusi ini memiliki siswa dengan latar belakang yang beragam, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih representatif mengenai perilaku penyalahgunaan obat-obatan di kalangan remaja sekolah menengah atas.

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, mulai dari bulan Juli hingga Agustus 2024. Periode waktu tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah dalam mengakomodasi kegiatan penelitian dan memastikan ketersediaan siswa untuk berpartisipasi. Selain itu, pelaksanaan pada periode ini juga memberikan peneliti kesempatan untuk melakukan pre-test, memberikan edukasi, dan melakukan post-test secara bertahap dengan pengawasan yang optimal.


Gambar 1. Peta Lokasi Mitra

 

2.      Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MAN 2 Banyumas yang terdiri dari kelas X, XI, dan XII. Jumlah total siswa di sekolah ini mencapai sekitar 500 orang. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, di mana siswa yang dipilih menjadi sampel penelitian adalah mereka yang berusia antara 15 hingga 18 tahun, yang merupakan usia paling rentan terhadap penyalahgunaan obat-obatan (Halladay et al., 2020). Sampel yang diambil sebanyak 40 siswa yang dipilih secara acak dari tiga angkatan, dengan tujuan untuk mendapatkan representasi yang merata dari tiap tingkat kelas.

Peneliti memastikan bahwa siswa yang dipilih untuk menjadi sampel memenuhi kriteria inklusi, yaitu tidak pernah mendapatkan edukasi formal tentang penyalahgunaan tramadol sebelumnya, bersedia mengikuti seluruh rangkaian penelitian, dan mendapat izin dari pihak sekolah serta orang tua untuk berpartisipasi. Proses pemilihan sampel dilakukan dengan bantuan guru-guru dan pihak administrasi sekolah yang memiliki akses langsung kepada data siswa.

 

3.      Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang terdiri dari pre-test dan post-test untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa tentang penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol. Kuesioner ini dirancang dengan pertanyaan tertutup yang mencakup berbagai aspek pengetahuan tentang tramadol, mulai dari definisi, efek samping, hingga potensi ketergantungan yang dapat ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat ini. Kuesioner ini divalidasi oleh para ahli di bidang kesehatan masyarakat dan pendidikan sebelum digunakan untuk memastikan validitas dan reliabilitasnya.

Selain kuesioner, instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi edukasi berupa video animasi dan presentasi PowerPoint. Video animasi tersebut dipilih sebagai alat bantu edukasi karena sifatnya yang interaktif dan visual, yang diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Materi video animasi ini dibuat secara khusus dengan melibatkan tenaga ahli di bidang kesehatan untuk menjamin akurasi informasi yang diberikan.

 

4.      Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap utama: pre-test, pelaksanaan edukasi, dan post-test.

a.     Tahap Pre-Test: Pada tahap ini, siswa diberikan kuesioner pre-test untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal mereka mengenai penyalahgunaan tramadol. Kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan yang mencakup aspek definisi, risiko, dan efek samping dari penyalahgunaan tramadol. Siswa diberikan waktu sekitar 20 menit untuk menyelesaikan kuesioner ini. Data yang diperoleh dari pre-test digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat pengetahuan sebelum intervensi edukasi dilakukan.

b.     Tahap Pelaksanaan Edukasi: Setelah pre-test, dilakukan sesi edukasi selama 90 menit di ruang kelas yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Edukasi dilakukan dengan metode ceramah yang disertai dengan presentasi PowerPoint dan penayangan video animasi mengenai bahaya penyalahgunaan tramadol. Dalam sesi ini, siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi mengenai informasi yang disampaikan. Peneliti berperan sebagai fasilitator yang memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan siswa secara interaktif. Tujuan dari sesi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai risiko penyalahgunaan tramadol.

c.     Tahap Post-Test: Setelah sesi edukasi selesai, siswa kembali diberikan kuesioner post-test yang sama dengan pre-test untuk mengukur perubahan tingkat pengetahuan mereka setelah menerima edukasi. Data dari post-test kemudian dibandingkan dengan hasil pre-test untuk menilai efektivitas edukasi yang telah diberikan.

5.      Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari pre-test dan post-test dianalisis secara deskriptif untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan siswa sebelum dan setelah edukasi. Data kuantitatif dari kuesioner diolah menggunakan software statistik untuk menghitung persentase, rata-rata, dan selisih skor pengetahuan siswa. Peneliti menggunakan analisis statistik sederhana seperti uji t berpasangan untuk mengukur signifikansi perubahan pengetahuan siswa. Hasil dari analisis ini kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mempermudah interpretasi data.

Selain itu, peneliti juga melakukan analisis kualitatif berdasarkan observasi selama pelaksanaan edukasi dan sesi tanya jawab. Peneliti mencatat tanggapan siswa, pertanyaan yang diajukan, serta interaksi selama sesi edukasi. Data kualitatif ini memberikan konteks tambahan untuk memahami bagaimana siswa menerima dan memproses informasi yang disampaikan selama sesi edukasi.

 

Tabel 1. Target dan Luaran

Mitra

Target

Siswa

Peningkatan pengetahuan siswa MAN 2

Banyumas tentang penyalahguaan obat terlarang jenis tramadol pada remaja.

 

Luaran

MAN 2 Banyumas

Video� Edukasi penyalahgunaan obat

terlarang jenis tramadol pada remaja

Universitas Harapan Bangsa

Publikasi������������ jurnal���� Pengabdian���������� Kepada

Masyarakat

 

 

6.      Etika Penelitian

Penelitian ini mengikuti standar etika penelitian yang ketat, termasuk mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Universitas Harapan Bangsa dan izin dari pihak sekolah sebelum penelitian dilakukan. Setiap siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini juga diberikan surat persetujuan yang harus ditandatangani oleh orang tua atau wali mereka, memastikan bahwa partisipasi mereka adalah sukarela. Peneliti juga menjaga kerahasiaan data pribadi siswa dan memastikan bahwa hasil penelitian hanya akan digunakan untuk tujuan akademis.

 

Hasil dan Pembahasan

 

Hasil

1.      Profil Studi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Banyumas, yang merupakan salah satu sekolah menengah atas di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Pemilihan sekolah ini berdasarkan tingginya angka penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol di kalangan remaja di daerah tersebut, sebagaimana dilaporkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN). MAN 2 Banyumas merupakan sekolah dengan populasi siswa yang cukup besar, terdiri dari siswa kelas X, XI, dan XII, yang memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang beragam.

Dalam penelitian ini, fokus utama adalah siswa berusia antara 15 hingga 18 tahun, mengingat kelompok usia ini merupakan fase perkembangan yang rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, termasuk penyalahgunaan narkoba. Profil siswa yang menjadi sampel penelitian diambil secara acak, sehingga representasi dari tiap tingkatan kelas dapat diperoleh secara merata. Jumlah sampel penelitian sebanyak 40 siswa yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu belum pernah mendapatkan edukasi terkait penyalahgunaan tramadol sebelumnya.

 

Tabel 2. Karakteristik Peserta Berdasarkan Kelas, Usia, dan Jenis Kelamin di MAN 2 Banyumas pada tanggal 19 Juli 2024

Karakteristik

f

%

Kelas

1.     X

2.     XI

3.     XII

11

16

13

28

40

32

Usia

1.     15 Tahun

2.     16 Tahun

3.     17 Tahun

7

22

11

18

55

27

Jenis Kelamin

1.     Laki-laki

2.     Perempuan

 

22

18

 

55

45

Total

40

100

 

2.      Gambaran Spesifik Variabel yang Dikaji

Variabel utama dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan siswa tentang penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol sebelum dan sesudah diberikan edukasi. Tramadol merupakan salah satu obat analgesik yang sering disalahgunakan oleh remaja karena sifatnya yang dapat menimbulkan efek sedasi dan euforia. Penyalahgunaan tramadol yang tidak sesuai dengan dosis medis berpotensi menimbulkan adiksi dan berbagai dampak kesehatan serius seperti gangguan fungsi organ, kerusakan otak, hingga kematian (Barbosa et al., 2020).

Penelitian ini berfokus pada pengaruh intervensi edukasi kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang risiko dan bahaya penyalahgunaan tramadol. Edukasi yang diberikan terdiri dari ceramah interaktif, presentasi PowerPoint, serta penayangan video animasi yang menjelaskan secara rinci tentang tramadol, efek sampingnya, serta risiko ketergantungan yang dapat ditimbulkan. Edukasi ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai pentingnya penggunaan obat sesuai dosis dan petunjuk dokter, serta menumbuhkan kesadaran untuk menghindari penyalahgunaan obat-obatan.

 

Tabel 3. Distribusi Pengetahun Siswa Sesudah dilakukan Edukasi Penyalahgunaan Obat

 

Kategori Pengetahuan

Setelah eduk

asi

 

f

%

Kurang

3

8

Cukup

18

46

Baik

19

47

Total

40

100

 

3.      Jumlah Data yang Dipakai

Dalam penelitian ini, data yang digunakan terdiri dari dua set data utama, yaitu hasil pre-test dan post-test. Hasil pre-test dikumpulkan sebelum siswa diberikan edukasi, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal mereka mengenai penyalahgunaan tramadol. Pre-test ini berisi 20 pertanyaan tertutup mengenai definisi tramadol, efek samping, serta risiko ketergantungan. Hasil pre-test menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang tramadol dan bahayanya, dengan hanya 15% siswa yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang topik ini.

Setelah sesi edukasi dilakukan, data post-test dikumpulkan untuk mengukur perubahan tingkat pengetahuan siswa setelah mendapatkan intervensi edukasi. Post-test menggunakan pertanyaan yang sama dengan pre-test, untuk memastikan bahwa perubahan pengetahuan yang terjadi dapat diukur secara valid dan reliabel. Selain itu, observasi kualitatif juga dilakukan selama sesi edukasi untuk mencatat tanggapan siswa, pertanyaan yang diajukan, serta partisipasi mereka dalam diskusi.

 

4.      Temuan Utama

a.    Tingkat Pengetahuan Awal Siswa (Pre-Test)

Hasil dari pre-test menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa tentang penyalahgunaan tramadol sebelum dilakukan edukasi masih tergolong rendah. Dari 40 siswa yang mengikuti pre-test, hanya 6 siswa (15%) yang memiliki pengetahuan cukup, sedangkan 34 siswa (85%) lainnya memiliki pengetahuan yang kurang tentang bahaya tramadol. Pertanyaan mengenai definisi tramadol dan penggunaannya secara medis dijawab dengan benar oleh sebagian besar siswa, namun pertanyaan yang lebih spesifik mengenai efek samping dan risiko ketergantungan tramadol banyak dijawab salah.

Distribusi hasil pre-test mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa belum memahami bahaya penyalahgunaan tramadol, terutama terkait dengan risiko adiksi dan kerusakan organ. Ini menunjukkan adanya kesenjangan pengetahuan yang signifikan mengenai penyalahgunaan obat di kalangan siswa MAN 2 Banyumas, yang menjadi dasar penting bagi pelaksanaan program edukasi.

 

b.    Efektivitas Edukasi terhadap Peningkatan Pengetahuan (Post-Test)

Setelah sesi edukasi dilakukan, hasil post-test menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam tingkat pengetahuan siswa tentang penyalahgunaan tramadol. Sebanyak 19 siswa (47%) menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan dan masuk dalam kategori "baik" dalam pemahaman mereka tentang bahaya tramadol. Sementara itu, 15 siswa (37%) berada dalam kategori "cukup," dan hanya 6 siswa (15%) yang masih memiliki pengetahuan yang rendah tentang tramadol meskipun sudah mendapatkan edukasi.

Hasil post-test juga mengungkap bahwa materi edukasi yang disajikan melalui video animasi dan presentasi interaktif sangat efektif dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Sebagian besar siswa yang awalnya tidak mengetahui tentang efek samping tramadol seperti risiko overdosis dan kerusakan organ internal, setelah sesi edukasi mampu menjelaskan kembali bahaya-bahaya tersebut dengan cukup baik.

 

Tabel 4. distribusi hasil pre-test dan post-test berdasarkan kategori pengetahuan siswa:

Kategori Pengetahuan

Pre-Test (%)

Post-Test (%)

Baik

15%

47%

Cukup

37%

47%

Kurang

85%

15%

 

c.     Observasi Selama Sesi Edukasi

Selama pelaksanaan sesi edukasi, peneliti mengamati adanya peningkatan partisipasi siswa dalam diskusi dan sesi tanya jawab. Siswa terlihat lebih tertarik pada topik setelah diberikan informasi visual melalui video animasi. Salah satu temuan penting dari observasi ini adalah bahwa media visual yang interaktif mampu menarik perhatian siswa dan meningkatkan retensi informasi. Sebagian besar siswa mengajukan pertanyaan terkait dengan efek samping tramadol dan bagaimana cara kerja obat ini dalam tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mulai lebih memahami mekanisme tramadol dan efek negatifnya jika disalahgunakan.

Partisipasi aktif siswa juga terlihat pada sesi tanya jawab di akhir edukasi. Beberapa siswa bertanya tentang bagaimana cara menghindari tekanan teman sebaya untuk mencoba tramadol, yang menunjukkan bahwa mereka mulai menyadari pentingnya mengambil sikap tegas dalam menghadapi situasi yang dapat menggiring mereka pada penyalahgunaan obat-obatan.

 

Pembahasan

1.    Karakteristik Peserta Berdasarkan Kelas, Usia, dan Jenis Kelamin Berdasarkan tabel 4.1 hasil PKM pada karakteristik kelas dengan

mayoritas kelas XI sebanyak 16 responden (40%), Kelas XII sebanyak 13 responden (32%) dan kelas X 11 responden (28%). Kelas dapat diartikan sebagai unit kerja terkecil di sekolah yang digunakan sebagai tempat untuk kegiatan pembelajaran. Menurut penelitian Daulay, (2019) kelas sekelompok peserta didik yang sama dan menerima pelajaran yang sama dengan seorang pendidik. Seperti yang sudah terlihat di hasil penelitian bahwa tingkat kelas tidak mempengaruhi pengetahuan siswa karena hal tersebut bisa dilihat dari pengalamannya atau pengetahuan dari siswa tersebut.

Karakteristik peserta berdasarkan tabel 4.1 hasil PKM usia peserta berusia 16 tahun sebanyak 22 responden (55%), usia 17 sebanyak 11

responden (27%), dan usia 15 tahun sebanyak 7 responden (18%) didapatkan bahwa rentang usia responden dalam kegiatan PKM ini berkisar 15-17 tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia, usia merupakan umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun dengan bertambahnya usia individu, daya tangkap dan pola pikir seseorang akan lebih berkembang, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Cahyono, 2019). Menurut WHO (World Health Organization) usia 15-17 tahun termasuk dalam kategori usia remaja dimana usia remaja memiliki perkembangan kognitif atau mengalami perkembangan penalaran dan kemampuan berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapi berdasarkan pengalaman langsung (Syaiful et al., 2019). Remaja yang berada dalam perkembangan pada ukuran tubuh, kekuatan, psikologis, kemampuan bereproduksi, mudah untuk termotivasi dan cepat belajar diharapkan dapat menjadi bystander di lingkungannya masing-masing. Karakteristik tersebut dapat ditemukan pada remaja tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) (Mulyadi & Katruk, 2019).

Berdasarkan tabel 4.1 hasil PKM pada karakteristik jenis kelamin dengan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 responden (55%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 18 responden (45%).

Menurut Penelitian Mulyadi & Katruk, (2019) untuk karakteristik berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat hubungan atau pengaruh yang signifikan terhadap tingkat motivasi seseorang, artinya baik pria maupun wanita memiliki tingkat motivasi yang sama.

2.    Distribusi Pengetahun Siswa Sesudah dilakukan Edukasi Penyalahgunaan Obat Terlarang

Berdasarkan tabel 4.2 sesudah dilakukan edukasi tentang penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol diperoleh data pengetahuan siswa sebagian besarnya berada pada kategori baik 19 responden (47%), adapun sebagian kecilnya berada pada kategori cukup sebanyak 18 responden (46%). Setelah kuesioner penelitian di analisa terdapat beberapa jumlah benar terbanyak ada pada nomor soal 1 dan 13 sebanyak 40 responden yang membahas mengenai kepanjangan dari narkotika dan jenis obat apa saja yang termasuk dalam golonag obat narkotika, sedangkan jumlah salah terbanyak ada pada nomor soal 2 sebanyak 17 responden yang membahas mengenai arti dari narcotics. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumala et al., (2021) Setelah diberikan edukasi tentang penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol remaja di kecamatan purwokerto dengan kategori baik sebanyak 35 responden (39,2%) hal ini menunjukkan bahwa edukasi penyalahgunaan obat tramadol remaja sangatlah mempengaruhi peningkatan pengetahuan peserta tentang penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syaira et al., (2019) setelah dilakukan pemberian edukasi penyalahgunaan obat tercatat terjadi peningkatan pada kategori pengetahuan baik dari 2 responden menjadi 19 responden (62%).

Berdasarkan hasil yang diperoleh ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan siswa tentang penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol setelah dilakukan edukasi dibuktikan dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh peserta setelah dilakukan kegiatan edukasi. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan siswa tentang penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol setelah dilakukan edukasi. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan seseorang yakni dengan dilakukannya edukasi atau pendidikan kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori edukasi atau pendidikan kesehatan merupakan aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan guna untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, praktik baik individu, kelompok ataupun masyarakat (de Melo Ghisi et al., 2014). Hal ini sesuai dengan pernyataan Turangan et al., (2018) informasi merupakan faktor utama peningkatan pengetahuan, dan pelatihan dapat menjadi media informasi, yang menjadi faktor yang dalam peningkatan pengetahuan secara kognitif.

 

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh edukasi terhadap peningkatan pengetahuan remaja mengenai penyalahgunaan obat terlarang jenis tramadol di MAN 2 Banyumas. Temuan utama menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pemahaman siswa setelah diberikan edukasi berbasis media visual dan interaktif, dengan hampir setengah dari siswa mengalami peningkatan pengetahuan yang signifikan. Studi ini memberikan kontribusi penting terhadap literatur pendidikan kesehatan dengan menekankan efektivitas media edukasi visual dalam menyampaikan informasi terkait penyalahgunaan obat di kalangan remaja. Meskipun demikian, keterbatasan yang ada meliputi cakupan sampel yang terbatas dan durasi waktu edukasi yang singkat, yang mungkin mempengaruhi retensi informasi jangka panjang. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperluas sampel dan melakukan studi longitudinal guna mengevaluasi dampak jangka panjang dari edukasi serta mengeksplorasi penggunaan teknologi digital lain, seperti simulasi atau augmented reality, dalam pendidikan pencegahan penyalahgunaan obat.

�Top of Form

Bottom of Form

 

Daftar Pustaka

 

Barbosa, J., Faria, J., Garcez, F., Leal, S., Afonso, L. P., Nascimento, A. V., Moreira, R., Queir�s, O., Carvalho, F., & Dinis-Oliveira, R. J. (2020). Repeated administration of clinical doses of tramadol and tapentadol causes hepato-and nephrotoxic effects in Wistar rats. Pharmaceuticals, 13(7), 149.

de Melo Ghisi, G. L., Abdallah, F., Grace, S. L., Thomas, S., & Oh, P. (2014). A systematic review of patient education in cardiac patients: do they increase knowledge and promote health behavior change? Patient Education and Counseling, 95(2), 160�174.

Fuadah, S., Riswanda, R., & Rahmawati, R. (2019). Strategi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Kota Cilegon Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Di Kalangan Remaja Usia Sekolah. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Gallois, S., van Andel, T. R., & Pranskaityt�, G. (2021). Alcohol, drugs and sexual abuse in Cameroon�s rainforest. Social Science & Medicine, 277, 113929.

Halladay, J., Woock, R., El-Khechen, H., Munn, C., MacKillop, J., Amlung, M., Ogrodnik, M., Favotto, L., Aryal, K., & Noori, A. (2020). Patterns of substance use among adolescents: A systematic review. Drug and Alcohol Dependence, 216, 108222.

Harris, M., Forseth, K., & Rhodes, T. (2015). �It�s Russian roulette�: Adulteration, adverse effects and drug use transitions during the 2010/2011 United Kingdom heroin shortage. International Journal of Drug Policy, 26(1), 51�58.

Hastuti, R., Soetikno, N., & Heng, P. H. (2021). Remaja Sejahtera Remaja Nasionalis. Penerbit Andi.

Looi, Y. C., & Audisio, R. A. (2007). A review of the literature on post-operative pain in older cancer patients. European Journal of Cancer, 43(15), 2222�2230.

Nasional, B. N. (2020). Survei Penyalahgunaan Narkoba Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 42�43.

Organization, W. H. (2022). Global oral health status report: towards universal health coverage for oral health by 2030. World Health Organization.

Ornell, F., Moura, H. F., Scherer, J. N., Pechansky, F., Kessler, F. H. P., & von Diemen, L. (2020). The COVID-19 pandemic and its impact on substance use: Implications for prevention and treatment. Psychiatry Research, 289, 113096.

Pelerin, J.-M., Fristot, L., Gibaja, V., Revol, B., Gillet, P., & Lima-Tournebize, J. (2023). Non-medical use of baclofen: a case series and review of the literature. Therapies, 78(6), 615�637.

Rehman, S., Vallamkonda, O., & Raut, N. B. (2018). Acute recreational drug toxicity: an update. Indian Journal of Medical Specialities, 9(3), 123�128.

Rice, J. L., & Tan, T. X. (2017). Youth psychiatrically hospitalized for suicidality: Changes in familial structure, exposure to familial trauma, family conflict, and parental instability as precipitating factors. Children and Youth Services Review, 73, 79�87.

Roy, D. N., & Goswami, R. (2016). Drugs of abuse and addiction: A slippery slope toward liver injury. Chemico-Biological Interactions, 255, 92�105.

Su, S., Fairley, C. K., Mao, L., Medland, N. A., Jing, J., Cheng, F., & Zhang, L. (2019). Estimates of the national trend of drugs use during 2000�2030 in China: A population-based mathematical model. Addictive Behaviors, 93, 65�71.

Suprianto, A. (2021). Bimbingan Dan Konseling Narkoba.

Trucco, E. M. (2020). A review of psychosocial factors linked to adolescent substance use. Pharmacology Biochemistry and Behavior, 196, 172969.

�