ANALISIS KESULITAN GURU DAN PESERTA DIDIK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM
MERDEKA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 1 LAHEWA
Yesca
Florensia Harefa
�Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Nias, Indonesia
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis tantangan dalam implementasi Kurikulum Merdeka pada mata
pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Lahewa. Penelitian ini menyoroti kesulitan
yang dihadapi oleh guru dan siswa serta dampak kualitas dan ketersediaan sumber
daya pendidikan terhadap keberhasilan penerapan kurikulum tersebut. Menggunakan
pendekatan kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan
analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para guru mengalami
kendala dalam memahami prinsip Kurikulum Merdeka, serta terbatasnya sumber daya
praktikum menghambat penerapan pembelajaran berbasis proyek. Siswa juga
kesulitan beradaptasi dengan metode pembelajaran mandiri dan aktif yang menjadi
inti dari Kurikulum Merdeka. Selain itu, kualitas dan ketersediaan sumber daya
pendidikan, termasuk alat praktikum, materi pembelajaran, dan dukungan dari
guru, terbukti berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pembelajaran di SMA
Negeri 1 Lahewa
Kata Kunci: Kurikulum Merdeka, Kesulitan
Guru, Kesulitan Siswa, Pelajaran Biologi
Abstract:
This study aims to analyze the challenges in implementing the Merdeka Curriculum in the Biology subject at SMA Negeri 1 Lahewa. This research
highlights the difficulties faced by teachers and students and the impact of
the quality and availability of educational resources on the successful
implementation of the curriculum. Using a qualitative approach, data was
collected through interviews, observations, and document analysis. The results
showed that teachers experienced obstacles in understanding the principles of Merdeka Curriculum, and limited practicum resources
hindered the implementation of project-based learning. Students also have
difficulty adapting to the independent and active learning methods that are at
the core of the Merdeka Curriculum. In addition, the
quality and availability of educational resources, including practicum tools,
learning materials, and support from teachers, proved to have a significant
effect on learning effectiveness at SMA Negeri 1 Lahewa.
Keywords: Independent Curriculum, Teacher Difficulties,
Student Difficulties, Biology Lessons
Pendahuluan
Pendidikan adalah sebuah proses humanime yang selanjutnya dikenal dengan istilah memanusiakan manusia (Mustaqim, 2017; Pristiwanti et al., 2022). Oleh karena
itu� kita�
seharusnya�� menghormati� hak�
asasi� setiap� manusia untuk mengatasi permasalahan yang ada dan mencapai
tujuan yang ditetapkan, pemerintah Indonesia memperkenalkan sistem pendidikan
yang terarah (Ujud
et al., 2023)
Salah
satu komponen vital dalam pendidikan adalah kurikulum. Secara etimologis, kata kurikulum
berasal dari bahasa Latin "Curir," yang berarti pelari, dan
"Curere," yang berarti lintasan berlari. Pada zaman Romawi kuno di
Yunani, istilah ini digunakan dalam dunia olahraga untuk menggambarkan jarak
yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start ke garis finish. Dalam dunia
pendidikan, kurikulum dimaknai sebagai seperangkat mata pelajaran atau
pengetahuan yang harus dipelajari siswa guna mencapai kompetensi atau tujuan
pendidikan yang ditetapkan (Amry & Badriah, 2018). Oleh karena itu, kurikulum
adalah jantung pendidikan, yang menentukan keberhasilan atau kualitas hasil pendidikan
(Santika
et al., 2022).
Di
Indonesia, kurikulum telah mengalami berbagai perubahan seiring waktu. Menurut
Khalbi et al. (2024),
perubahan kurikulum terjadi sebagai bentuk adaptasi terhadap perkembangan
bangsa, dengan harapan bahwa kurikulum yang diterapkan senantiasa sesuai dengan
tuntutan zaman dan melengkapi kekurangan dari kurikulum sebelumnya. Berdasarkan
sejarah pendidikan nasional Indonesia, kurikulum telah mengalami evolusi
signifikan, mulai dari Rentjana Pelajaran 1947, Rentjana Pelajaran Terurai
1952, Rentjana Pendidikan 1964, hingga Kurikulum 2013. Terbaru,
Kemendikbudristek meluncurkan Kurikulum Merdeka pada tahun 2022 (Alfiaturrohmah
et al., 2024). Kurikulum ini bertujuan
sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pendidikan serta sebagai media pengajaran
di berbagai jenis dan tingkat pendidikan (Wibowo
& Subhan, 2020).
Saat
ini, Kurikulum Merdeka menggantikan Kurikulum 2013 dan dirancang untuk
diterapkan di sekolah-sekolah sesuai kesiapan dan kebutuhan masing-masing. Kurikulum
Merdeka bertujuan untuk memperbaiki implementasi Kurikulum 2013, dengan fokus
pada peningkatan literasi dan numerasi (A. Fauzi, 2022). Literasi
mencakup kemampuan berbahasa seperti menyimak, membaca, berbicara, menulis, dan
berpikir kritis, sedangkan numerasi berkaitan dengan pemahaman dan penggunaan
angka serta simbol dalam perhitungan. Kurikulum Merdeka mengedepankan
pendekatan yang berpusat pada peserta didik, memberikan mereka kebebasan dalam
mengembangkan potensi, minat, dan bakat secara optimal (Anwar, 2023; Ruswan et al., 2023).
Merdeka Belajar adalah kebijakan yang dicetuskan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Ia mengungkapkan bahwa
Merdeka Belajar bertujuan memberi ruang bagi pengembangan potensi peserta didik
melalui kebebasan berpikir dan otonomi yang diberikan kepada elemen pendidikan (Hendri, 2020). Harapan
besar tertuju pada Kurikulum Merdeka agar mampu menciptakan suasana belajar
yang dinamis, kreatif, serta relevan dengan tuntutan zaman. Selain itu,
kurikulum ini menekankan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik
sesuai konsep Profil Pelajar Pancasila, yang mencakup nilai-nilai akhlak mulia,
pemikiran kritis, kreativitas, dan kemampuan berkolaborasi dalam keragaman (M. I. R. Fauzi et al., 2023; Zalukhu et al., 2023).
Namun, penerapan Kurikulum Merdeka di lapangan tidak
lepas dari berbagai tantangan. Di SMA Negeri 1 Lahewa, guru dan siswa
menghadapi kendala seperti keterbatasan pemahaman konsep hingga adaptasi teknis
dalam pelaksanaan pembelajaran. Tantangan tersebut meliputi keterbatasan sumber
daya manusia, fasilitas pendukung, serta kesiapan guru dalam memahami dan
menerapkan metode pembelajaran inovatif berbasis kompetensi. Selain itu,
perubahan pola pikir siswa untuk belajar secara mandiri dan aktif menjadi
tantangan tersendiri dalam mewujudkan keberhasilan implementasi kurikulum ini (Pertiwi et al., 2023).
Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam
tantangan dan kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi Kurikulum
Merdeka pada mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Lahewa. Diharapkan,
penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif terkait
kesulitan dalam proses implementasi serta berkontribusi pada pengembangan
strategi yang lebih efektif dalam mengatasi kendala tersebut, demi peningkatan
kualitas pendidikan di SMA Negeri 1 Lahewa dan sekolah-sekolah lainnya yang
mengadopsi Kurikulum Merdeka.
Metode
Desain penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggambarkan secara mendalam tantangan
yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi Kurikulum Merdeka pada
pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Lahewa. Sugiyono (2016) menyatakan bahwa penelitian kualitatif berorientasi pada
pemahaman mendalam melalui interaksi dan persepsi individu atau kelompok,
dengan peneliti sebagai instrumen utama. Moleong, L. J. (2017) juga menekankan bahwa pendekatan kualitatif bertujuan
memahami pengalaman dan perilaku subjek penelitian dalam konteks alami.
Pendekatan deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara rinci dampak
Kurikulum Merdeka pada pengajaran Biologi serta kesulitan yang dialami oleh
guru dan siswa.
Variabel penelitian terdiri
dari variabel bebas, yaitu Implementasi Kurikulum Merdeka, yang memengaruhi variabel
terikat, yaitu kesulitan guru dan siswa. Kesulitan ini mencerminkan tantangan
dalam proses pengajaran bagi guru, serta respons siswa terhadap tuntutan
kurikulum baru. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi
yang dilakukan di SMA Negeri 1 Lahewa. Analisis data mengikuti model interaktif
Miles dan Huberman, yang mencakup proses reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh terkait fenomena
yang diteliti.
Hasil dan Pembahasan
1.
Kesulitan
Guru dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Informan I, yaitu Festina Lase, S.Pd, teridentifikasi beberapa
kesulitan dalam implementasi Kurikulum Merdeka pada mata pelajaran Biologi di
SMA Negeri 1 Lahewa, yang meliputi pemahaman kurikulum, kesiapan tenaga
pendidik, keterbatasan sumber daya, metode pengajaran, dan adaptasi siswa.
a.
Pemahaman
Tentang Kurikulum Merdeka
Meskipun tujuan Kurikulum
Merdeka telah dipahami oleh guru, penerapan prinsip-prinsipnya masih memerlukan
penyesuaian lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam pendidikan
membutuhkan waktu untuk diinternalisasi secara menyeluruh oleh para pendidik,
sesuai dengan teori perubahan pendidikan yang menyarankan perlunya pelatihan
yang intensif dan dukungan berkelanjutan.
b.
Kesiapan
Guru
Pelatihan yang diberikan
dinilai belum cukup mendalam untuk menangani tantangan praktis di lapangan.
Implementasi metode pembelajaran berbasis proyek, yang menjadi inti Kurikulum
Merdeka, belum dapat diadopsi secara optimal. Guru-guru merasa perlu adanya
pelatihan yang tidak hanya teoritis, tetapi juga memberikan contoh nyata yang
relevan dengan kondisi di lapangan.
c.
Keterbatasan
Sumber Daya
Ketiadaan alat dan bahan
praktikum yang memadai menjadi kendala signifikan dalam pembelajaran berbasis
proyek. Minimnya sumber daya ini membatasi kemampuan guru untuk menciptakan
pengalaman belajar yang interaktif, yang esensial dalam Kurikulum Merdeka.
Kondisi ini menghambat siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan praktis, yang
seharusnya mendorong pemahaman mereka melalui pengalaman langsung.
d.
Metode
Pengajaran dan Evaluasi
Guru telah berusaha
mengadaptasi metode pengajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
berbasis proyek, namun kesulitan tetap ada, terutama karena infrastruktur dan
sumber daya yang terbatas. Selain itu, evaluasi proses pembelajaran dalam
Kurikulum Merdeka menuntut penyesuaian dalam metode penilaian yang masih dalam
tahap penyempurnaan.
e.
Adaptasi
Siswa
Peralihan dari metode
pembelajaran tradisional ke pendekatan aktif dan mandiri memerlukan waktu bagi
siswa. Kesiapan siswa dalam menghadapi metode baru ini menunjukkan bahwa
perubahan kurikulum tidak hanya membutuhkan penyesuaian dari sisi guru, tetapi
juga kesiapan dan adaptasi siswa sebagai bagian dari proses.
f.
Dukungan
dari Sekolah dan Rekan Sejawat
Dukungan dari pihak
sekolah dan sesama guru cukup membantu dalam menghadapi tantangan implementasi
ini. Meski tidak menghilangkan sepenuhnya hambatan yang ada, dukungan ini
meringankan beban guru dan memungkinkan adanya kolaborasi dalam mengatasi
keterbatasan yang ada.
2.
Kesulitan
Peserta Didik dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Implementasi Kurikulum
Merdeka pada mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Lahewa menghadirkan
tantangan signifikan bagi siswa, terutama dalam hal adaptasi terhadap metode
pembelajaran mandiri. Berdasarkan wawancara dengan lima siswa, mereka
mengungkapkan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pendekatan pembelajaran
berbasis proyek yang menuntut kemandirian, kreativitas, dan inisiatif pribadi.
Para siswa merasa belum terbiasa dengan pola pembelajaran yang mengharuskan
mereka menjadi subjek aktif dalam proses belajar, berbeda dengan metode
pengajaran konvensional yang lebih berorientasi pada pengajar.
a.
Adaptasi
Terhadap Pembelajaran Mandiri
Dalam Kurikulum Merdeka,
siswa diharapkan membangun pemahaman mereka secara mandiri melalui interaksi
dengan lingkungan belajar, sesuai dengan prinsip konstruktivisme. Namun,
transisi ini memerlukan bimbingan guru agar siswa mampu mengatasi kebingungan
yang muncul dari tuntutan baru ini. Ketidaksiapan siswa untuk beralih dari
pembelajaran konvensional ke pendekatan yang lebih mandiri menghambat kemampuan
mereka untuk memaksimalkan peran sebagai subjek pembelajaran. Dukungan lebih
lanjut dari guru dalam proses adaptasi ini menjadi penting agar siswa dapat
menjalani perubahan ini dengan lebih lancar.
b.
Keterbatasan
Fasilitas Praktikum
Keterbatasan alat
praktikum menjadi hambatan dalam memahami konsep-konsep biologi yang
membutuhkan eksperimen langsung. Pembelajaran berbasis proyek, yang seharusnya
memberikan pengalaman praktis untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis
dan pemecahan masalah, tidak dapat terlaksana optimal karena minimnya sarana
eksperimen. Tanpa fasilitas praktikum yang memadai, siswa sulit terlibat
sepenuhnya dalam pembelajaran berbasis proyek, yang pada akhirnya membatasi
pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan.
c.
Akses
Terbatas ke Sumber Daya Digital dan Internet
Kurikulum Merdeka
menuntut siswa untuk melakukan eksplorasi materi secara mandiri dengan
memanfaatkan sumber daya digital. Namun, keterbatasan akses terhadap internet
dan materi pembelajaran digital di SMA Negeri 1 Lahewa menghambat kemampuan
siswa dalam menemukan informasi yang mendukung proyek dan tugas mereka. Hal ini
mengurangi peluang mereka untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan
berpikir mandiri yang diharapkan dalam kurikulum ini.
Secara keseluruhan,
kesulitan yang dihadapi siswa dalam implementasi Kurikulum Merdeka pada
pelajaran Biologi mencerminkan tantangan dalam hal adaptasi metode
pembelajaran, keterbatasan fasilitas praktikum, dan akses sumber daya digital.
Pembimbingan yang lebih intensif dari guru, dukungan fasilitas praktikum, serta
peningkatan akses terhadap sumber daya digital akan sangat membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan tersebut dan mencapai tujuan Kurikulum Merdeka secara
optimal.
3.
Kualitas
dan Ketersediaan Sumber Daya Pendidikan
Hasil wawancara dengan
guru dan siswa di SMA Negeri 1 Lahewa menunjukkan bahwa kualitas dan
ketersediaan sumber daya pendidikan menjadi tantangan utama dalam mendukung
implementasi Kurikulum Merdeka. Salah
satu kendala utama adalah keterbatasan alat praktikum, yang menghambat
pelaksanaan pembelajaran berbasis eksperimen. Fasilitas laboratorium yang tidak
lengkap membatasi siswa dalam menerapkan teori secara langsung, meskipun
pembelajaran berbasis eksperimen adalah elemen kunci Kurikulum Merdeka yang
dirancang untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis.
Krajcik dan Shin (Shin et al.,
2019) menekankan bahwa
penggunaan alat praktikum dalam pendidikan sains sangat penting, karena
memungkinkan siswa tidak hanya memahami teori tetapi juga mengaplikasikannya
dalam situasi nyata.
Keterbatasan alat
praktikum ini juga memengaruhi efektivitas pembelajaran berbasis proyek, salah
satu fokus utama Kurikulum Merdeka. Tanpa alat yang memadai, siswa kesulitan
menyelesaikan proyek-proyek yang mengembangkan keterampilan kolaboratif dan
kreativitas. Pembelajaran berbasis proyek membantu siswa mengaplikasikan
pengetahuan dalam konteks dunia nyata, namun keberhasilannya sangat bergantung
pada ketersediaan fasilitas yang memadai.
Selain itu, kualitas
materi pembelajaran juga menjadi perhatian. Guru dan siswa merasa bahwa materi
saat ini belum cukup mendalam untuk mendukung pembelajaran mandiri yang lebih
eksploratif. Hattie (2018)
berpendapat bahwa materi berkualitas tinggi yang mendukung eksplorasi mandiri
sangat penting untuk membantu siswa memahami konsep secara lebih mendalam. Guru
juga menyampaikan kekhawatiran mengenai kurangnya sumber daya tambahan, seperti
buku referensi dan akses ke bahan digital. Ketersediaan sumber daya ini penting
dalam mendukung penerapan kurikulum berbasis proyek dan eksplorasi yang
efektif.
Secara keseluruhan,
keterbatasan sumber daya pendidikan di SMA Negeri 1 Lahewa, baik dari segi alat
praktikum maupun materi pembelajaran, menjadi tantangan signifikan dalam
penerapan Kurikulum Merdeka. Keterbatasan ini menghambat efektivitas proses
pembelajaran dan mengurangi kemampuan siswa untuk mengoptimalkan pengalaman
belajar mereka.
Kesimpulan
Penelitian ini menemukan berbagai tantangan dalam implementasi Kurikulum
Merdeka pada mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Lahewa. Pertama, guru
mengalami kesulitan dalam memahami dan menerapkan prinsip-prinsip kurikulum,
terutama terkait metode pembelajaran berbasis proyek, akibat keterbatasan
pelatihan dan sumber daya. Siswa juga menghadapi tantangan dalam beradaptasi
dengan pembelajaran mandiri, terbatasnya fasilitas praktikum, dan akses ke
sumber daya digital yang menghambat keterlibatan aktif mereka. Selain itu,
kualitas dan ketersediaan sumber daya pendidikan, seperti alat praktikum dan materi
yang mendalam, menjadi hambatan signifikan bagi efektivitas pembelajaran. Untuk
mencapai tujuan Kurikulum Merdeka, diperlukan peningkatan pelatihan guru,
fasilitas yang memadai, dan dukungan lebih intensif bagi siswa agar mereka
dapat mengoptimalkan pengalaman belajar dan mengembangkan keterampilan yang
diharapkan.
Daptar Pustaka
Alfiaturrohmah, A., Ariani, D. S., Ibaddurrahman, M., EP, F.
S., Nabella, Z., Eldauzi, A.-Z., Nastiti, A. M., & Setiawan, B. (2024).
Analisis Dampak Perubahan Kurikulum 2013 Pada Saat Pembelajaran Jarak Jauh
Dengan Kurikulum Merdeka Belajar. JURNAL
PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL (JUPENDIS), 2(1), 29�41. https://doi.org/10.54066/jupendis.v2i1.1173.
Amry, Z., & Badriah, L. (2018).
Pembelajaran tematik sebagai upaya
meningkatkan keaktifan peserta didik. ELEMENTARY: Islamic Teacher Journal, 6
(2), 254�270.
Anwar, R. (2023). Bimbingan Klasikal Hots Dan Tpack Dalam
Kurikulum Merdeka: Suatu Pendekatan Best Practice. Feniks Muda
Sejahtera.
Donohoo, J., Hattie, J., &
Eells, R. (2018). The power of collective efficacy. Educational Leadership, 75(6),
40�44.
Fauzi, A. (2022). Implementasi
Kurikulum Merdeka Di Sekolah Penggerak. Pahlawan:
Jurnal Pendidikan-Sosial-Budaya, 18(2),
18�22. https://doi.org/10.57216/pah.v18i2.480
Fauzi, M. I. R., Rini, E. Z., &
Qomariyah, S. (2023). Penerapan Nilai-Nilai Profil Pelajar Pancasila Melalui
Pembelajaran Kontekstual Di Sekolah Dasar. Proceeding Umsurabaya.
Hendri, N. (2020). Merdeka belajar;
Antara retorika dan aplikasi. E-Tech:
Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 8(1), 1�29.
Khalbi, N. P., Alvina, L.,
Setiawati, M., & Luthfiani, L. (2024). Dampak Pelaksanaan Kurikulum Merdeka
Belajar Bagi Guru Di MTSN 2 Solok Selatan. Jurnal Riset Sosial Humaniora Dan Pendidikan, 3(1), 30�39.
https://doi.org/10.56444/soshumdik.v3i1.1433
Kuantitatif, P. P. (2016). Metode
Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Moleong, L. J. (2017). Metode
penelitian kualitatif, cetakan ke-36, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 6.
Mustaqim, A. (2017). Pendidikan
Humanisme Ki Hajar Dewantara:(Tinjauan dari Sudut Pandang Pendidikan Islam). Tafhim Al-�Ilmi, 9(2).
Pertiwi, I., Marlina, L., &
Wiyono, K. (2023). Kajian Literatur: Implementasi Kurikulum Merdeka di
Sekolah-Sekolah Penggerak. Al-Madrasah:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 7(3), 1364�1372.
Pristiwanti, D., Badariah, B.,
Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022). Pengertian pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK),
4(6), 7911�7915.
https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i6.9498
Ruswan, A., Rosmana, P. S.,
Oktafrina, A., Rahmawati, A., Apriliani, D., Nurfaoziah, K., Fatimah, R., &
Zahra, V. N. (2023). Penerapan Kurikulum Merdeka dengan Model Pembelajaran
terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(3), 31676�31684.
Santika, I. G. N., Suarni, N. K.,
& Lasmawan, I. W. (2022). Analisis perubahan kurikulum ditinjau dari
kurikulum sebagai suatu ide. Jurnal
Education and Development, 10(3),
694�700.
Shin, N., Choi, S.-Y., Stevens, S.
Y., & Krajcik, J. S. (2019). The impact of using coherent curriculum on
students� understanding of core ideas in chemistry. International Journal of Science and Mathematics Education, 17, 295�315.
https://doi.org/10.1017/CBO9781139519526.018
Ujud, S., Nur, T. D., Yusuf, Y.,
Saibi, N., & Ramli, M. R. (2023). Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sma Negeri 10 Kota Ternate
Kelas X Pada Materi Pencemaran Lingkungan. Jurnal Bioedukasi, 6(2),
337�347. https://doi.org/10.33387/bioedu.v6i2.7305
Wibowo, A., & Subhan, A. Z.
(2020). Strategi kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Indonesian Journal of Islamic Educational
Management, 3(2),
108�116.
Zalukhu, B., Napitu, U., Zalukhu,
Y., & Hulu, N. S. (2023). Pengaruh proyek penguatan profil pelajar
pancasila terhadap pembentukan karakter dan moral peserta didik di sekolah menengah
pertama. Innovative: Journal Of Social
Science Research, 3(6),
2102�2115.